KECAMATAN Gombong, Kebumen, terdapat banyak bangunan kuno. Selain Benteng Van der Wijck yang sudah menjadi ikon, di kecamatan ini terdapat bangunan yang didirikan di era kolonial Belanda seperti gereja, rumah, hingga kantor pemerintahan.
Salah satu bangunan rumah klasik berada di Jalan Sempor Lama No 28 Gombong yang tak lain tempat masa kecil pengusaha sukses Dr (HC) Martha Tilaar. Rumah bergaya arsitektur Belanda kuno (Indische Empire) itu diperkirakan berdiri 1920.
Gaya arsitektur yang dipopulerkan oleh Gubernur Jenderal Herman William Daendels itu sangat mempengaruhi perkembangan arsitektur di Hindia Belanda. Rumah tersebut merupakan rumah keluarga Liem yang dikenal sebagai keluarga Tionghoa kaya pada waktu itu.
Liem Siaw Lan kepala keluarga Liem merupakan seorang saudagar dan mempunyai bisnis yang beragam. Satu di antaranya mengelola peternakan yang memasok daging dan susu ke tangsi Belanda Van der Wijck.
Pada masa revolusi Indonesia, konon rumah keluarga Liem digunakan sebagai dapur umum dan tempat perawatan tentara Indonesia yang terluka akibat pertempuran dengan tentara NICA.
Martha Tilaar memang merupakan keturunan Tionghoa. Liem Kiem Seng, buyut Martha Tilaar datang dari Desa Jinli, Kota Haichang, Xianmen, Tiongkok.
Dia datang untuk mencari peruntungan di tanah Jawa. Bersama ketiga anaknya, yaitu Liem Kang Hay, Liem Kang San, dan Liem Kang Tjwa mereka mencapai Gombong melalui jalur darat dari Batavia.
Pada 1920, kakek Martha, Liem Siaw Lan, anak Liem Kang Hay membangun rumah tersebut untuk pertama kalinya.
Sebelum dibeli dari keluarga dan direnovasi oleh Martha Tilaar, rumah kuno itu tidak terawat. Ilalang dan semak belukar tumbuh dengan liar. Maklum, rumah itu merupakan warisan turuntemurun dari empat generasi yang pernah tinggal di rumah itu.
Kini, setelah selesai direstorasi tanpa meninggalkan bangunan asli, bangunan itu disulap menjadi rumah budaya yang berisi informasi perjalanan hidup, karir, dan silsilah keluarga Martha Tilaar. Ya, bagi Martha Tilaar rumah masa kecil itu menyimpan banyak kenangan yang tak akan terlupakan.
Maklum dia yang terlahir di Gombong sebagai anggota keluarga Liem, menghabiskan masa kecil di rumah itu. Selain kenangan masa kecil, rumah itu mengingatkan akan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua.
Aset Budaya
Menelisik interior rumah itu cukup menarik. Rumah utama memiliki beranda di bagian depan dan belakang yang cukup luas. Pada ruang depan terdapat altar tempat sembahyang kepada leluhur. Masuk lebih dalam lagi terdapat lorong yang menghubungkan beranda depan dan belakang rumah.
Saat ini pada dindingnya dipasang foto keluarga Martha Tilaar. Pada kiri kanan lorong terdapat empat kamar, masing- masing dua kamar di tiap sisinya. Di dalam kamar, terdapat tempat tidur dan perabot kuno peninggalan keluarga Martha Tilaar.
Selain rumah utama terdapat dua paviliun. Satu paviliun merupakan bangunan tambahan dan satunya merupakan bangunan asli yang menjadi tempat tinggal Martha Tilaar waktu kecil. Di antaranya terdapat taman yang berisi beragam tanaman obat dan aromaterapi.
Tiap-tiap tanaman diberi papan penunjuk nama dan khasiatnya. Menurut Ketua Yayasan Warisan Gombong yang juga putri Martha Tilaar, Wulan Tilaar, Roemah Martha Tilaar didirikan untuk membangun bersama identitas dan kekayaan Kota Gombong dan sekitarnya.
Proyek ini dimulai dengan niat sederhana, yaitu kembali pulang dan berbagi dengan kota leluhur. Roemah Martha Tilaar (RMT) memiliki visi menjadi wahana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan, lingkungan, dan senibudaya serta mendorong perempuan menuju kesejahteraan masyarakat.
Tidak hanya hadir sebagai rumah sejarah yang menyimpan kenangan seorang Martha Tilaar, RMT memberikan sumbangsih bagi masyarakat Gombong dan Kebumen sebagai bagian dari kontribusi terhadap pembangunan Indonesia.
Sejumlah kegiatan menjadi agenda rutin RMT baik dalam agenda tahunan, bulanan maupun mingguan. Agenda tahunan meliputi wisata budaya Imlek di Fabruari, festival Hari Bumi (April), festival dolanan (Juni) dan September dihelat pesta kriya UMKM.
Agenda bulanan digelar antara lain, Komunitas tembang jawa macapat, diskusi budaya warga, apresiasi Film Sinema Kedung, dan bincang sehat. Adapun agenda mingguan meliputi, senam bening jiwa, senam lansia PORPRI, bioskop ngisor pelem dan senam aerobik.
Dalam perkembangannya, keberadaan Roemah Martha Tilaar menjadi rumah bagi sejumlah komunitas di Gombong dan sekitarnya. Apalagi kehadiran RMT berbarengan dengan munculnya berbagai komunitas kaum muda yang memiliki visi mengembangkan dan memberdayakan masyarakat.
”Hingga saat ini sudah ada 18 komunitas yang berjejaring dalam forum yang diberi nama Silaturahmi Komunitas Muda (Silakoma) Kebumen,” ujar Kepala Roemah Martha Tilaar Sigit Tri Prabowo.
Sejumlah kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya inisiasi oleh Roemah Martha Tilaar melainkan diinisiasi oleh komunitas. Seperti pameran lukisan dan lukis massal yang berlangsung pada 11-18 September 2016 murni inisiasi perupa yang ada di Gombong dan sekitarnya.
Dalam pameran itu, puluhan karya para pelukis senior asal Kebumen yang kiprahnya sudah diakui di tingkat nasional, seperti Teguh Twan, Ansori dan Sedjatiningsih ditampilkan.
Selain itu ditampilkan dua karya Prajitno, seorang pelukis yang sebenarnya cukup dikenal di luar daerah, namun orang Kebumen sendiri jarang yang mengenal hingga akhir hayatnya.
Sumber : Supriyanto-26
21 Februari 2017 0:05 WIB Category: SmCetak, Suara Kedu
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/jadi-rumah-budaya-dan-pemberdayaan-warga/