Berawal dari keinginan Martha Tilaar untuk memberikan kontribusi bagi kota kelahirannya Gombong, maka dibangunlah Roemah Martha Tilaar (RMT). Rumah masa kecil DR (HC) Martha Tilaar yang sudah direnovasi, merupakan wujud nyata untuk berbagi pada masyarakat.
“Saya merasa bahagia, keinginan saya untuk kembali ke kota kelahiran disambut baik oleh anak saya, Wulan Tilaar, dan diwujudkan. Rumah ini merupakan awal untaian mutiara yang terjalin dengan indah, dan terangkai menjadi sebuah kehidupan yang bermakna bagi saya,” kata Martha Tilaar saat peresmian RMT di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu (6/12/2014).
Sebelum dibeli oleh Martha Tilaar dua tahun lalu dari keluarga, rumah tersebut kondisinya kurang terawat dan hampir roboh. Maka dilakukan renovasi untuk memperindah, bukan mengubah bentuk keseluruhan bangunan.
“Dulu, kondisi Roemah Martha Tilaar cukup menyeramkan karena bangunan tidak terawat dan ilalang yang tinggi. Bahkan, warga setempat selalu mempercepat langkahnya jika melewati rumah ini,” cerita anak sulung Martha Tilaar yang juga Ketua Yayasan Warisan Budaya Gombong, Wulan Tilaar.
RMT kini disulap menjadi museum yang berisi informasi perjalanan hidup, karir, dan silsilah keluarga Martha Tilaar. Selain itu juga ada pavilium Wulan Tilaar yang difungsikan sebagai tempat berbagai kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi kemasyarakatan.
“Saya bersyukur terlahir di Gombong sebagai anggota keluarga Liem, serta menghabiskan masa kecil di sini,” papar Martha Tilaar, pendiri perusahaan produk kecantikan yang sudah eksis sejak 1977.
Martha Tilaar juga bercerita, bahwa orang tuanya telah mengajarkan banyak nilai yang saat ini banyak dilupakan. Diantaranya yaitu empati terhadap sesama serta lingkungan dan hidup menjadi manusia DJIITU.
“DJIITU itu maksudnya disiplin, jujur, iman, inovasi, tekun dan ulet,” kenang wanita 78 tahun itu.
Selain menyimpan banyak kenangan, RMT yang didirikan pada 1920 memiliki arsitektur gedung menarik bergaya Belanda kuno yang dikenal dengan nama Indische Empire. Gaya arsitektur Hindia Belanda neo klasik abad 19 tersebut dipopulerkan oleh Gubernur Jenderal Herman William Daendels, dan sangat mempengaruhi perkembangan arsitektur di Hindia Belanda.
Terdapat dua beranda yang luas, di bagian depan dan belakang. Hal tersebut dimaksudkan agar rumah memiliki sirkulasi udara cross ventilation, sebagai upaya penyesuaian dengan iklim tropis lembab.
Di beranda depan, terdapat dua meja dengan beberapa kursi. Berbagai gambar dan informasi mengenai obyek wisata di Kabupaten Kebumen tersaji di dindingnya.
Pada ruang depan RMT, ada altar tempat sembahyang kepada leluhur. Martha Tilaar memang keturunan Tionghoa, yaitu Liem Kiem Seng/Song yang datang dari Desa Jinli, Kota Haichang, Xianmen, Tiongkok. Ia mencapai Gombong melalui jalur darat dari Batavia.
Masuk lebih dalam lagi ke RMT, terdapat lorong yang menghubungkan bagian depan dan belakang rumah yang pada dindingnya dipasang foto keluarga Martha Tilaar. Pada kiri kanan lorong terdapat empat kamar, masing-masing dua kamar di tiap sisinya. Di dalam kamar, terdapat tempat tidur dan perabot kuno peninggalan keluarga Martha Tilaar.
Sementara itu, di antara rumah utama dan pavilium, terdapat taman yang berisi beragam tanaman obat dan aromaterapi. Pada masing-masing tanaman diberi papan penunjuk nama dan khasiatnya. Pengenalan tanaman obat, menjadi salah satu program RMT yang ingin mengajak wanita untuk menanam sendiri tumbuhan obat di rumah mereka.
RMT juga menarik dikunjungi saat malam hari. Pencahayaan yang temaram, membuat gedung terlihat romantis dan semakin berkesan vintage.
RMT berada di Jalan Sempor Lama Nomor 28 Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. RMT dibuka untuk umum dan difungsikan sebagai salah satu destinasi wisata. Namun jika ingin berkunjung ke RMT, disarankan melakukan reservasi atau membuat janji terlebih dahulu.
Sumber : metrotvnews.com
Kesturi Haryunani Senin, 08 Dec 2014 11:33 WIB
http://news.metrotvnews.com/read/2014/12/09/329630/gaya-indische-empire-roemah-martha-tilaar