Roemah Martha Tilaar (RMT) melaksanakan program pemetaan budaya di lima desa/kelurahan di wilayah Kecamatan Gombong. Pemetaan yang dilakukan selama 3 bulan dari November 2019 hingga Januari 2020 tersebut melibatkan 8 relawan dari komunitas lokal.
Pemetaan budaya dilakukan untuk melacak dan mendata aset-aset kebudayaan yang masih dapat dijumpai atau masih menjadi cerita maupun ritual yang dilakukan masyarakat. Aset-aset budaya antara lain bangunan dan makam bersejarah, ritual, dan kegiatan kesenian atau keterampilan seperti sanggar tari dan gamelan. Pemetaan dilakukan di Kelurahan Gombong, Kelurahan Wonokriyo, Desa Semanding, Desa Sedayu, dan Desa Wero.
Sebelum turun lapangan, 8 relawan yang terlibat mengikuti pelatihan terlebih dulu di RMT selama 3 hari. Mereka adalah Alona Novensa, Khasib Fatoni, Annisa Qurani, Sigit Asmodiwongso, Nofri Ardiyansyah, Prawoko, Dede Ardi Saputra, dan Tofik Setiawan.
Pelatihan yang mereka ikuti meliputi materi pengantar manfaat kegiatan pemetaan budaya hingga praktek penggunaan aplikasi pemetaan. Aplikasi yang dipakai adalah SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool) yang dikolaborasikan dengan cyber tracker sebagai aplikasi perekam koordinat geografis.
Setelah pelatihan diberikan, relawan dibagi kelompok untuk melakukan observasi ke desa/kelurahan yang menjadi tugas masing-masing. Hal pertama yang dilakukan adalah menghubungi beberapa tokoh kunci untuk mendapatkan informasi terkait sejarah dan adat-istiadat di masing-masing area. Relawan lalu mendatangi lokasi untuk merekam koordinatnya. Titik-titik koordinat yang dikumpulkan kemudian digabungkan dan diverifikasi ulang.
Peta dasar hasil verifikasi diproses menjadi peta yang visualnya lebih nyaman dilihat oleh masyarakat umum.
“Ini adalah upaya awal untuk mulai mengidentifikasi aset maupun kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kecamatan Gombong,” kata Reza Adhiatma, Direktur Pelaksana Roemah Martha Tilaar, yang tertulis dalam pengantar Peta Budaya Gombong. “Kedua adalah sebagai pembelajaran teknik pemetaan yang merupakan salah satu instrumen penting dalam perencanaan terintegrasi.”
Pelibatan relawan yang berasal dari desa dan komunitas yang berbeda juga berangkat dari harapan bahwa nantinya akan muncul inisiatif-inisiatif lanjutan untuk melengkapi peta yang saat ini dibuat. Sehingga suatu hari akan didapatkan peta budaya Kebumen yang merupakan hasil partisipasi aktif dari masyarakat dan digunakan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.